Minggu, 16 Februari 2014

Otomotif: Mengejar Takhta Pemuncak ASEAN

Penjualan pada wilayah yang masih kurang distribusi kendaraan bermotornya harus lebih difokuskan. "Semua merek terjun di Indonesia memproduksi LMPV karena demand memang itu, sedangkan pasar dunia masih di sedan, SUV, dan lain-lain."

Yongkie D Sugiarto Ketua I Gaikindo
DENGAN bersenjatakan hasil penjualan sepanjang 2013, Indonesia mampu mempersempit jurang pemisah de ngan Thailand, pasar otomotif tergem bung Asia Tenggara. Industri otomotif Tanah Air pun diproyeksikan menyodok `Negeri Gajah Putih' dari takhtanya pada 2018.

“Kompetisi (antara Indonesia dan Thailand) ada di volume penjualan domestik karena dari sudut pandang kapasitas produksi industri, Indonesia dan Thailand sangat berbeda; Thai land saat ini sekitar 2,5 juta unit per tahun dan Indonesia 1,4 juta unit per tahun,“ tukas Vice President Automotive and Transportation Prac tice Frost and Sullivan Asia Pacific, Vivek Vaidya, Rabu pekan lalu di Jakarta.

Pada 2013, papar Vivek, kedua negara mengalami capaian kontras. Di tengah berbagai faktor negatif semisal penaikan harga BBM bersubsidi, pelonjakan suku bunga, hingga pengetatan kredit kendaraan bermotor, para agen tunggal pemegang merek (ATPM) di Indonesia masih bisa menaikkan transaksi jual-beli hingga 10,2% menjadi 1.229.901 unit.

“Sementara Thailand turun 7,8%. (Pertumbuhan pasar otomotif roda empat) Indonesia paling bagus di ASEAN,“ ungkapnya.
Pasar domestik Thailand setahun silam, seperti dibeberkan Vivek dalam presentasinya, berbobot 1.325.079 unit.

Oleh karena itu, gap antara Thailand dan Indonesia menyempit jika dikomparasikan dengan 2012. Saat itu, negeri ini mampu membukukan 1.116.230 unit, sedangkan sang pemimpin pasar ASEAN lebih perkasa berkat jual-beli 1.436.335 unit.

Vivek meyakini segmen mobil murah ramah lingkungan (low cost green car/LCGC), yang ia sebut-sebut sebagai salah satu faktor pendorong pasar pada 2013, mampu menjadi motor penggerak untuk merebut takhta Thailand. Buktinya, LCGC `meledak' tahun lalu dengan penjualan di kisaran 51 ribu unit di empat bulan terakhir 2013. “Dengan LCGC Indonesia dapat mengambil alih pada 2018.“
Namun, ada syaratnya untuk mampu tampil gemilang hingga 2018. Industri wajib memfokuskan insentif dan promosi LCGC pada sektor pembeli pertama.

Juga, penjualan pada area yang masih kurang distribusi kendaraan bermotornya harus lebih difokuskan. Jangan hanya menyasar pembeli mobil kedua atau kota-kota besar yang telah padat mobil.

Ketua I Gabungan Industri Kendaraan Bermo tor Indonesia (Gaikindo) Yongkie D Sugiarto men gakui Indonesia memiliki potensi yang belum ter gali oleh industri otomo tif, yakni dari segi jumlah penduduk.

“China adalah motor industri otomotif dunia dengan penjualan 19,3 juta unit (pada 2013). Pen duduknya 1,3 miliar jiwa. Indonesia jumlah penduduknya seperlimanya.

Jika penjualannya juga seperlima China, kita punya potensi meraih 4 juta unit. Masih besar peluangnya,“ tandasnya.
Yongkie lalu membeberkan alasan Indonesia kalah dari Thailand sebagai basis produksi di kawasan.

Selain infrastruktur mesti diakselerasi, regulasi pajak penjualan atas barang mewah (PPnBM) tidak berpihak pada beragam segmen mobil hingga kemudian memengaruhi pasar domestik. Ia mencontohkan perbedaan PPnBM sedan (30%) dengan MPV (10%).

“Semua merek terjun di Indonesia mempro duksi LMPV karena demand memang itu, se dangkan pasar dunia masih di sedan, SUV, dan lain-lain. Toyota Soluna, Honda City, pernah diproduksi di Indonesia, tapi kemudian pindah ke Thailand karena pasar segmen itu di sini tidak berkembang.“

Dua prediksi Frost and Sullivan memprediksi penjualan mobil pada 2014 berjumlah 1.310.000 unit, bertumbuh 6,5%.
Basisnya antara lain pertumbuhan ekonomi stabil di 5,5%-6%, perkembangan kelas menengah, penguatan ekonomi berkat pemilu, juga penjualan LCGC yang kini setahun penuh. Vivek memperkirakan LCGC dapat terlego setidaknya 150 ribu unit.

Gaikindo, di sisi lain, berbeda. Yongkie menyebut angka stagnan 1,2 juta unit sepanjang tahun, bahkan bisa merosot ke 1,1 juta unit jika terjadi polemik di pemilu atau pada faktor-faktor yang memengaruhi ongkos produksi pelaku industri seperti BI rate, nilai tukar rupiah, upah buruh, serta tarif dasar listrik.

Terkait dengan LCGC, Gaikindo memprediksi mobil murah tersebut bakal terjual di kisaran 120 ribu unit setahun.
“Kabarnya pada Maret bakal ada peraturan tentang asuransi kendaraan bermotor. Makin kecil harga mobil, makin besar premi asuransinya,“ tutup Yongkie memberikan alasan lain mengenai prediksi yang lebih `pesimistis' itu.

Beberapa pabrikan sendiri meraih hasil positif pada Januari. Melalui keterangan persnya, Suzuki mengumumkan kenaikan penjualan ritel 26% jika dibandingkan dengan periode sama 2013 berkat distribusi 14.217 unit mobil. Daihatsu pun menyebarluaskan kabar akselerasi whole sales Januari sebesar 26% (year on year) berbekal penjualan 16.084 unit.

Berpegang pada rapor biru yang mampu dicatat sebagian ATPM pada bulan pertama 2014, apakah itu pertanda ramalan Frost and Sullivan lebih moncer?
(S-2/Media Indonesia, 13 Februari 2014)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar