Minggu, 23 Maret 2014

Aisyah, Bocah Berhati Mulia dari Medan

KEDUA kaki mungilnya dengan lincah mengayuh pedal. Sesekali ia menoleh ke kiri, melihat tubuh kurus kering yang tergolek lemah di atas gerobak yang tersambung dengan sepeda. Tak butuh waktu lama, gerobak becak itu tiba di samping Masjid Raya Al Maksum, Medan, Sumatra Utara, tempat dia dan ayahnya mangkal di siang hari. Jika malam tiba, kaki kecil itu kembali bekerja untuk memarkirkan gerobak di depan salon dekat masjid.

Siti Aisyah Pulungan, 8, itulah nama bocah perempuan tersebut. Sudah lebih dari setahun ia menjalani hidup di gerobak bersama sang ayah, M Nawawi Pulungan, 56, yang sakit parah. Aisyah memang masih anak-anak, tetapi ia sudah harus menanggung beban hidup begitu berat. Ia mesti menjaga dan mengurus ayahnya yang terbaring karena sakit komplikasi paru.

Dengan penuh kasih sayang, ia menyuapi makanan dan mengelap badan sang ayah yang tiada daya. Keinginannya bersekolah terpaksa ditanggalkan demi merawat ayahnya setelah sang ibu pergi entah ke mana saat ia berusia setahun. ‘’Tidak ada yang menjaga ayah,’’ ujar Aisyah, lirih.

Meski hidup sarat penderitaan, ia tak mau menunjukkan raut kesedihan. Aisyah bocah yang amat tegar. ‘’Sayatidak mau apa-apa. Saya hanya ingin ayah sembuh dan saya bisa sekolah.’’ Sebelumnya Nawawi berprofesi sebagai sopir.
Namun, karena sakit, dia berhenti. Uang menipis, untuk mengontrak rumah pun tak sanggup, hingga akhirnya ia meniti hidup di gerobak bersang sang putri tercinta.

Untuk membeli makanan dan obat sekadarnya, mereka mengandalkan pemberian orang-orang yang lewat.‘’Tapi kami tidak mengemis, jika ada yang memberi, kami terima. Saya jangan... dipisahkan dengan Aisyah.Jika saya meninggal, mudahmudahan Aisyah bertemu dengan ibunya agar bisa diurus,’’ ucap Nawawi dengan napas berat.

Beruntung, bantuan datang dari Plt Wali Kota Medan, Dzulmi Eldin, yang menyambangi Nawawi dan Aisyah, Rabu (19/3) malam. Nawawi pun langsung dirawat di RSU Pirngadi. Saat ditemui di Ruang Flamboyan 18, kemarin, Aisyah duduk menemani sang ayah seakan tak ingin berpisah barang sekejap.

Keinginan Aisyah kembali bersekolah juga difasilitasi Pemkot Medan. ‘’Katanya besok (hari ini) sudah bisa sekolah,’’ tuturnya, ceria. Aisyah ialah teladan nyata. Ia hidup menderita, ia bagian dari lebih 4 juta anak telantar di negeri ini, tetapi tetap berhati mulia. (Yennizar Lubis/X-8/MEDIA INDONESIA,21/03/2014)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar